Selasa, 12 Juni 2012

kontusio muskulo


BAB I
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh (Arif Muttaqin,2008: 69).
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,mis : pukulan, tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001: 2355)
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63)
Kontusio adalah suatu injuri yang biasanya diakibatkan adanya benturan terhadap benturan benda keras atau pukulan. Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio yang disebabkan oleh cedera akan sembuh  dengan sendirinya tanpa pengobatan, meskipun demikian luka memar di bagian kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala. Kontusio dapat menjadi bagian dari cedera yang luas, misalnya karena kecelakaan bermotor (Agung Nugroho, 1995: 52).
2.2 Etiologi
Ø Benturan benda keras.
Ø Pukulan.
Ø Tendangan/jatuh
Ø Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang
2.3 ManifestasiKlinis
Ø  Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh darah kecil, juga berhubungan dengan fraktur.
Ø   Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
Ø  Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan darah yang banyak (Brunner & Suddart,2001: 2355).
Ø   Perubahan warna
Ø  Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau/kuning, sekitar satu minggu kemudian, begkak yang merata, sakit, nyeri dan pergerakan terbatas.
Ø   Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungunya beberapa hari setelah terjadinya cedera. 
Ø    Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
Ø  Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma.
Ø  Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat (Hartono Satmoko, 1993:191).
2.4 Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru. Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah ikut menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192)
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis dan di daurulang oleh makrofaga. Warna biru atau unguyang terdapat pada kontusio merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.
Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik. Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu (Hartono Satmoko, 1993: 192).



2.6   Woc
Interna                                                                                                                    eksterna
Pengaruh obat-obatan kimia                                                                                   pukulan,jatuh, benda kuat.
Mengendap disel darah merah                                                                                    mengenai permukaan tubuh                                                benturan sangat keras    
                                      Pecahnya pembuluh darah perifer                                         Fraktur
Nyeri
                                                                 close    open                                     perdarahan interna vaskuler                            perdarahan
contusio muskulo                 operasi           non operasi
Permebilitas pemlh drah                 perubahan status kesehatan    arteriografi  rusaknya jargn
Gangguan Citra Diri
Pecahnya pembuluh darah              kesh px yang me            nyeri post-op    nekrosis
Gangguan mobilitas  fisik
O2 didalam jaringan me         edema       dampak hospitalisasi                                 amputasi          
SaO2   PaO2                           kelemahan pada otot                                                                          
Gangguan Perfusi Jaringan
                                           Imobilisasi                  keluarga       pasien  
Gangguan Mobilitas Fisik
                                                              Kurangnya informasi   akibat tindakan pengobatan
Resiko Trauma Berulang
                                                                tentang kesehatan                                                                                                                                kurangnya pengetahuan
Ansietas
                                                                    
                       

2.7  Komplikasi
Ø      Paralisisneralisis
Ø      Sindrom post traumatic (post contusion sindrom)
Ø      Epilepsy post trauma
Ø      Osteomyelik
Ø      Atelectasis
Ø      Hiperthermi
Ø      Syock
2.6 Penatalaksanaan
Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman :
a.       Tinggikan daerah injury
b.      Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian) untuk  vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman
c.        Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam kedua(20-30 menit) 4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi
d.       Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak
e.       Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi (Brunner & Suddart,2001: 2355).

Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah sebagai berikut:
a.       Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
b.      Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
c.        Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.






Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
a.       Identitas pasien: Nama, Alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan (biasanya sering terjadi pada atlet-atlet)
b.      Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan  tendon.
c.       Riwayat  Penyakit  Sekarang.
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.Daerah mana yang mengalami trauma.Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada system musculoskeletal lainnya
e.         Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
f.       Pemeriksaan Fisik.
·                             1.  Keadaan umum pasien : GCS, komunikasi bagaimana.
2. Sistem kardiofaskuler : tekanan darah, nadi, suara jantung.
3. Sistem integumen : warna kulit, mukosa lembab atau kering adakah penurunan turgor kulit.
4. Sistem respirasi :respirasi beberapa kali permenit, adakah suara nafas tambahan, terdapat suara paru atau tidak.
5.Sistem pencernaan dan eliminasi :merasakan mual, muntah, adakah kesulitan menelan, perut kembung atau tidak, pasien dapat BAK / BAB dengan lancer tanpa ada kesulitan apa tidak.
6.Sistem genitourinaria :produksi urine berapa perhari, warna serta bau bagaimana.
7.Sistem neurogikal :kesadaran kompos mentis, orientasi terhadap orang, tempat dan waktu baik apa tidak.
8.Sistem muskuloskeletal :adakah gangguan pada extrimitas atas dan bawah maupun pada persendian.
2.Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyaka npada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi)
4.      Resiko tinggi trauma berulang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap kondisi, prognosis dan pengobatan
5.      Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan
3.      Intervensi Keperawatan .
a.Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan terkontrol.
Kriteria Hasil :
1.      Menunjukkan nyeri berkurang atu terkontrol.
2.      Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.
3.      Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
4.      Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program control nyeri.
Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.      1.Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas( skala 0-10). Catat factor-faktor yang mempercepat dant anda-tanda rasa sakit non verbal.
2.      2. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat.

3.  3.Tinggikan bagian ekstremitas yang sakit.

4.Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.


5.Libatkan dalam aktifitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.


  Kolaborasi :
1. Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan.
2. Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgesik non narkotik.
-    Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.

3.       Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.
4.      Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri.
5.      Membantu untuk menghilangkan ansietas, pasien dapat merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan
6.      Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

1. Menurunkan edema / pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
-  2.Untuk menurunkan nyeri dan atau spasme otot.

b.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik.
Kriteria Hasil :
1.      Mempertahankan fungsi posisi.
2.      Mempertahankan atau pun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
3.      Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas.
Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1.   1.Kaji tingkat mobilitas yang masih dapat dilakukan klien.

2.Instruksikan klien / bantu dalam rentang gerak klien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
3.Bantu atau dorong perawatan diri / kebersihan (seperti mandi).
4.Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet, peggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat.
-   1.Membantu dalam menentukan kebutuhan bantuan mobilitas yang akan diberikan dan keefektifan program.
2.Meningkatlan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi.
3.Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.
4.Menghindari terjadinya cedera berulang.

c.       Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
Kriteria Hasil :
1.       Klien mendiskusikan cedera dan dampaknya dalam hidup.
2.      Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Intervensi :
 

INTERVENSI
RASIONAL
1.      1.Sokong penggunaan mekanisme penyelesaian masalah.
2.       
3.      2.Libatkan orang yang berarti dan layanan pendukung bila dibutuhkan dan perlu.
4.      3.Dorong partisipasi aktiv dalam aktivitas hidup sehari-hari dalam batasan terapeutik.
1.      Penghentian mendadak rutinitas dan rencana memerlukan mekanisme penyelesaian masalah.
2.      Orang lain dapat membentu pasien mengenai aktivitas hidup sehari-hari.
3.      Rasa harga diri dapat ditingkatkan dengan aktivitas perawatan diri.

d.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit dan program pengobatan.
Tujuan : setelah dilakuakn intevensi keperawatan klien dapat mengetahui tentang penyakitnya dan mengetahui tentang program pengobatan.
Kriteria Hasil :
1.      Menujukkan pemahaman akan proses penyakit.
2.      Ikut serta dalam program pengobatan dan memulai gaya hidup yang diperlukan.
Intervensi :
 


INTERVENSI
RASIONAL
1.   1. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
2.  Berikan informasi mengenai terapi obat–obatan ,intreraksi,efek samping ,dan pentingnya ketaatan program

3. Dorong periode istrahat adekuat dengan aktivitas yang terjadwal.

4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik
5. Berikan informasi mengenai alat bantu,misalnya tongkat,palang keamanan,tempat duduk toilet yang bias di naikkan .
-   1. Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien   dapat membuat pilihan.
2. Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan atau  dan mengurangi resiko komplikasi.
3.  Mencegah kepenatan,menghemat energy dan meningkatkan penyembuhan.

-   4. Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung dari ketepatan dosis
5. Mengurangi paksaan untuk menggunakan tulang dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang di butuhkan atau di inginkan .

e.       Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas berkurang
Kriteria hasil :
1.      Klien menunjukkan wajah rileks
2.      Melaporkan cemas berkurang sampai tingkat yang dapat diatasi
3.      Mendemonstrasikan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif

Intervensi :
1.      Kaji tanda dan ekspresi verbal kecemasan
2.      Temani klien saat periode cemas
3.      Orientasikan klien terhadap proses dan aktivitas yang dilakukan
4.      Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
5.      Lakukan pendekatan dan komunikasi
6.      Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganannya
7.      Kolaborasi dalam pemberian anti cemas

  



DAFTAR PUSTAKA
KapitaSelektaKedokteran, FKUI Jakarta 2000
KeperawatanMedikalBedah , EGC
http://adf.ly/1487760/banner/http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-kontosio.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar